Lahir pada 30 Oktober 1995, Nurwasilah Mualwi, yang akrab dipanggil Wasilah ini tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan nilai-nilai keislaman sejak usia dini. Sejak kecil, orang tuanya telah menempanya dengan ilmu agama melalui Madrasah Diniyah Manbaul Ulum. Usai lulus SD, ia langsung melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, langkah besar yang mengubah jalan hidupnya.

Jejak Nyantri di TMI Al-Amien

Di TMI Al-Amien Prenduan, Wasilah menemukan dunia yang menantang sekaligus membentuknya. Ia mengaku sempat kesulitan memahami pelajaran, khususnya dalam bahasa Arab seperti Nahwu dan Sharaf. Namun, ketekunan para ustazah serta sistem belajar kelompok (remedial) membantunya menaklukkan tantangan tersebut.

Disiplin ketat menjadi bekal berharga yang ia syukuri hingga kini. Dari bangun pukul 03.00 dini hari hingga tidur pukul 22.00 malam. Sesuai motto TMI, 24 jam kehidupan nyantrinya diwarnai dengan rutinitas untuk beribadah, belajar, berlatih dan berprestasi. Ia mengenang bahwa disanalah ia belajar tentang tanggung jawab, kesederhanaan, dan arti sebuah kebersamaan. Wejangan dari almamater yang masih melekat kuat pada dirinya, “Siap Memimpin dan Sanggup Dipimpin”, membuat perempuan kelahiran Sumenep itu belajar arti tanggung jawab. Penetapan standar dan kriteria busana yang diperbolehkan di pondok, dari sana ia belajar arti kesederhanaan. Banyaknya teman seangkatan yang tetap mampu saling mengenal dan solid, dari sana Ia belajar arti persaudaraan dan kebersamaan.

Tak hanya belajar, tetapi juga memimpin. Selama nyantri, Ia pernah menjabat sebagai ketua kelas, ketua bagian bahasa (BANANSA), ketua shof nihaie, dan menjadi bagian dari kesantrian Marhalah Tsanawiyah semasa pengabdiannya. Tak heran jika prestasinya pun gemilang: dari meraih penghargaan TMI Award 2010, the best ujian lisan bahasa Arab setiap tahun, wisudawati terbaik angkatan, wisuda JQH 5 juz, hingga sederet juara lomba pidato bahasa Arab tingkat nasional dari tahun 2009-2013 di sejumlah universitas ternama Indonesia.

Dari TMI Al-Amien Prenduan ke Al-Azhar Kairo

Selepas lulus tahun 2013, Wasilah sempat berniat melanjutkan studi ke Universitas Al-Ahqaf, Yaman. Namun takdir berkata lain, berkat bimbingan dan dukungan dari Almarhum Kiai Zainullah Rais dan Ustaz Suri, ia justru melangkah ke Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, tanah para nabi dan pusat peradaban keilmuan Islam. “Begitulah takdir, manusia boleh berencana namun kendali tetap di tangan Allah.” Tulisnya dalam hasil wawancara. Ia mensyukuri takdir-Nya dengan menjadi mahasiswa di Universitas keagamaan tertua dan berpengaruh di dunia. Ia bisa mudah mendalami ilmu agama kepada para Ulama & Masyayikh, Dakatirah Al-Azhar, yang secara keilmuan, mereka memiliki mata rantai yang bersambung.

Di Al-Azhar, ia menemukan tantangan baru. Bahasa Arab bukan hanya alat komunikasi, tapi juga kunci untuk memahami diktat kuliah dan lulus ujian. Untungnya, Ia sudah mendapatkan kuncinya dari sistem pembelajaran pondok yang tak jauh berbeda dengan sistem di Al-Azhar. “Maka karena kita sudah tau kuncinya, Jadi tidak terlalu kaget ketika menghadapi pelajaran di Al-Azhar.” ujarnya.

Dalam wawancaranya, Ia membagikan tips sukses belajarnya yang diwariskan oleh Almarhum KH. Muhmmad Idris Jauhari, yaitu “5 Kunci Sukses Belajar”: berdoa, waktu, tempat, teman belajar, dan tawakal. Ditambah dengan Ilmu kesabaran, ketekunan, dan disiplin spiritual selama mondok yang Ia jadikan bekal. Wasilah membuktikan bahwa pendidikan pesantren bisa membawanya bersinar di tingkat global.

Berprestasi di Tanah para Nabi

Selama di Mesir, Wasilah menorehkan beragam prestasi yang luar biasa. Mulai dari koleksi beberapa penghargaan seperti Penerima Penghargaan Mahasiswi Terbaik (Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia) PPMI Award 2017, Mahasiswi Terbaik Pusat Studi Bahasa Arab Syeikh Zayed Kairo 2017, Wisudawan/wati S1 peraih Nilai Cumlaude KBRI Kairo 2018, Wisudawan/wati S1 peraih Nilai Cumlaude KBRI Kairo 2018, Mahasiswi Terbaik Versi Parlemen Mahasiswa Asing Al-Azhar 2018, Wisudawan/wati S2 peraih Nilai Cumlaude KBRI Kairo 2023, Mahasiswi Terbaik Bait Zakat Al-Kuwait 2023, Mahasiswi Terbaik Jam’iyah Syariah Mesir 2023, serta Kandidat Doktoral Universitas Al-Azhar Kairo.

Tak hanya akademik, ia juga menikmati keindahan dan kekayaan budaya Mesir. Dari Sungai Nil hingga Gunung Sinai, dari masjid seribu menara hingga majelis para ulama, dan masih banyak lagi. Ia berharap untuk adik-adik yang bercita-cita ke Mesir juga dapat menikmati semua keindahan itu sebagai bagian dari perjalanan spiritual dan intelektual mereka.

Pesan untuk Almamater dan Santriwatinya

Setelah menuntaskan program doktoralnya, perempuan asal Sumenep itu berkomitmen untuk kembali dan mengabdi pada tanah kelahirannya, Indonesia. Ia berharap Al-Amien terus maju dan mampu mencetak generasi unggul yang rahmatan lil-‘alamin.

Ia ingin menanamkan motivasi bagi para santriwati untuk menguasai skill berbahasa Arab dan Inggris, serta agar terus berani bermimpi dan menentukan tujuan. Karena menurutnya, orang yang tidak punya mimpi dan tujuan itu bagaikan orang yang mati, stagnan dan tidak bergerak. Sedang dunia itu berputar, benda-benda bergerak, bulan bintang matahari, dan waktu berputar dengan cepat. Jika tidak bergerak maka kita akan terlindas, tertinggal dan tenggelam.

Ia menutup pesannya dengan harapan hangat: “Selalu kirimkan Al-Fatihah untuk para kiai dan guru-guru pondok. Jangan pernah menjadi anak hilang,” Pesan perempuan pertama asal Rubaru yang berhasil menembus jenjang doktoral di Al-Azhar, Kairo, tersebut.