
Pertanyaan mengenai apakah perempuan pantas untuk memperoleh pendidikan mungkin terdengar usang di era modern ini. Namun, realitas di masyarakat membuktikan bahwa persoalan ini masih menjadi perdebatan di beberapa kalangan. Masih ada segelintir orang yang beranggapan bahwa pendidikan tinggi tidak diperlukan bagi perempuan karena pada akhirnya mereka hanya akan menjadi ibu rumah tangga. Pemikiran seperti ini tidak hanya keliru, tetapi juga sangat merugikan, baik bagi perempuan itu sendiri, keluarganya, maupun bagi bangsa secara keseluruhan.
Perempuan dan Pendidikan: Dua Hal yang Tidak Terpisahkan
Pendidikan adalah hak dasar setiap manusia, tanpa memandang jenis kelamin. Perempuan—sama seperti laki-laki—memiliki hak untuk belajar, memahami dunia, serta mengembangkan potensi dan kualitas dirinya. Tanpa pendidikan, perempuan akan kesulitan mengakses peluang yang lebih baik, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun dalam keluarga.
Sering kita dengar pernyataan seperti, “Perempuan itu tugasnya hanya mengurus rumah dan anak, jadi tidak perlu sekolah tinggi-tinggi.” Pernyataan ini menunjukkan pemahaman yang sangat sempit mengenai peran perempuan. Apakah karena seorang perempuan akan mengurus rumah dan anak, lalu itu berarti ia tidak membutuhkan pengetahuan, wawasan, dan kecerdasan?
Ibu Adalah Sekolah Pertama bagi Anak-anak
Dalam keluarga, perempuan—khususnya seorang ibu—berperan sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Di tangan ibulah karakter, kebiasaan, nilai moral, dan kecerdasan anak mulai dibentuk sejak dini. Jika seorang ibu tidak memiliki bekal pendidikan yang memadai, bagaimana ia dapat menanamkan nilai-nilai yang baik serta mendampingi tumbuh kembang anak secara optimal?
Pendidikan ibu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi penerus bangsa. Ibu yang terdidik akan lebih mampu mendidik anak-anaknya secara kritis, penuh empati, dan berwawasan luas. Dengan begitu, keluarga yang dibinanya akan menjadi lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembang anak, baik secara emosional, intelektual, maupun sosial.
Dampak Buruk jika Perempuan Tidak Berpendidikan
Perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan cenderung memiliki keterbatasan dalam memahami hak dan tanggung jawabnya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Mereka juga rentan terhadap kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi karena kurangnya pemahaman akan hukum, kesehatan, ekonomi, serta akses terhadap bantuan sosial.
Lebih jauh lagi, kurangnya pendidikan bagi perempuan akan berdampak pada lambatnya kemajuan bangsa. Negara dengan angka pendidikan perempuan yang rendah cenderung memiliki tingkat kemiskinan dan kesehatan yang lebih buruk, serta pertumbuhan ekonomi yang lambat.
Pendidikan adalah Jalan Menuju Kemandirian dan Kesetaraan
Pendidikan bagi perempuan bukan sekadar untuk mencari pekerjaan atau menjadi sukses secara finansial. Lebih dari itu, pendidikan adalah jalan menuju kemandirian berpikir, pengambilan keputusan yang bijak, serta peningkatan kualitas hidup. Perempuan yang terdidik akan lebih percaya diri, mampu bersuara, serta mengambil peran aktif dalam membangun masyarakat.
Pendidikan juga menjadi sarana untuk menciptakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ketika perempuan diberi kesempatan yang sama dalam hal pendidikan, maka potensi mereka pun akan berkembang dan memberi kontribusi besar bagi lingkungan sekitar, bahkan dunia.
Oleh karena itu, sangatlah tidak relevan jika masih ada pihak yang mempertanyakan apakah perempuan pantas untuk mendapatkan pendidikan. Setiap perempuan, di mana pun ia berada, berhak memperoleh akses pendidikan yang layak. Memberikan pendidikan kepada perempuan sama artinya dengan membangun peradaban yang lebih baik. Karena di balik perempuan yang cerdas, akan lahir generasi yang unggul, keluarga yang berkualitas, serta bangsa yang kuat.