Ada satu organ di dalam tubuh manusia yang memiliki kekuatan sangat besar, melampaui ukurannya yang sangat kecil, yaitu otak. Otak manusia hanya seukuran 2 kepal tangan orang dewasa yang disatukan. Selain karena kerumitannya, para neurolog menyebutkan bahwa otak menampilkan susunan struktur dan kecanggihan yang mencengangkan. Napoleon Hill menulis dalam bukunya Think and Grow Rich, “Jumlah kabel yang menghubungkan sel-sel otak satu sama lain, sama dengan angka satu diikuti lima belas angka nol”. Woww. Tetapi yang lebih menakjubkan dari semua itu adalah bahwa otak memproduksi sebuah kekuatan maha dahsyat, di mana kekuatan itu mengendalikan hampir seluruh aktivitas manusia. Kekuatan itu kita sebut sebagai pikiran.

Seorang ilusionis terkemuka, Harry Houdini, pernah membuat gempar dunia karena penyataannya yang kontroversial. Ia mengaku bisa mengelabui pikiran manusia. Houdini dikenal sebagai ahli sulap yang selalu berhasil meloloskan diri dari berbagai hal yang terkunci seperti tali, borgol, rantai, kerangkeng, ruangan, dan sebagainya. Suatu hari, ia menantang siapapun yang bisa mengunci dirinya di dalam sebuah sel (penjara), kecuali ia pasti bisa meloloskan diri dalam waktu kurang dari 1 jam. Tantangan ini kemudian diterima oleh para sipir di sebuah penjara tua.

Pada hari yang telah ditentukan, masyarakat berkumpul untuk menyaksikan, di mana Houdini datang dan melangkah memasuki penjara dengan kepercayaan diri tinggi. Begitu masuk ke dalam penjara, Houdini lantas melepas jas yang dikenakannya dan mengeluarkan kawat baja sepanjang 10 inch yang dia sembunyikan di balik bajunya. Dalam 30 menit pertama, Houdini belum berhasil meloloskan diri. Segera pancaran kepercayaan diri Houdini mulai sirna dari raut wajahnya. Peluh mengucur membasahi tubuhnya. Houdini mulai panik, sementara waktu terus bergulir. Satu jam telah berlalu. Upayanya kali ini benar-benar tidak berhasil.

Hingga 2 jam dari pertama kali dia memasuki penjara, Houdini  belum juga berhasil meloloskan diri. Dia semakin frustrasi dan berteriak marah sambil mengguncang-guncang pintu penjara yang mendadak terbuka dengan sendirinya. Ternyata sejak awal, penjara itu tidak pernah dikunci oleh sipir. Houdini sangat terpukul. Selama 2 jam, pintu penjara telah dikunci oleh sebuah kunci yang paling kuat di dunia, yaitu pikirannya sendiri. Pikiran Houdini-lah yang mengunci rapat pintu penjara itu dan membuatnya gagal meloloskan diri.

Fakta ini menyadarkan kita bahwa pikiran manusia menyimpan begitu banyak potensi, termasuk untuk kesuksesan dan kegagalan serta untuk kebahagiaan dan kesedihan.

Berapa kali dalam hidup, kita “terkunci” dan “terpenjara” oleh pikiran-pikiran kita sendiri, terperangkap oleh pikiran buruk yang kita ciptakan sendiri. Mencemaskan banyak hal yang belum terjadi. Mengkhawatirkan sesuatu tanpa terkendali. Menganggap remeh diri sendiri. Membuat perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang justru semakin melemahkan diri. Ketakutan jika terjadi sesuatu yang buruk di kemudian hari, dan masih banyak lagi. Semua itu bisa menghambat perkembangan potensi dan menjauhkan kita dari kesempatan-kesempatan baik untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan.

Pikiran selalu mempunyai dua sisi spektrum. Kadang ia bergerak ke sisi negatif untuk melemahkan, kadang ia bergerak ke sisi positif untuk menguatkan. Pikiran positif menjadikan seseorang lebih sehat secara psikologis dan fisiologis. Orang yang terbiasa berfikir positif memiliki tingkat resiliensi diri yang lebih baik, sehingga mereka cenderung lebih tangguh dalam menghadapi stres dan kesulitan. Mental mereka pun menjadi lebih sehat, karena mereka akan lebih fokus pada hal-hal baik sehingga mengurangi kecemasan dan depresi. Orang yang berfikir positif adalah orang yang berani memulai, bukan mereka yang takut gagal sebelum mencoba. Berfikir positif juga bisa meningkatkan produktivitas dan kesehatan hubungan sosial.

Sebagian orang beranggapan bahwa berfikir positif berarti menegasikan emosi-emosi negatif.  Tentu saja itu keliru. Berfikir positif yang sehat mensyaratkan penerimaan atas emosi-emosi negatif sebagai bagian alami dalam hidup dan tidak terjebak di dalamnya, sehingga selalu ada ruang untuk merasakan sedih, kecewa ataupun marah untuk kemudian bangkit dengan cara-cara yang membangun. Jangan sampai ada penyangkalan apalagi penolakan terhadap realitas. Jangan sampai terjebak pada perilaku toxic positivity, yaitu perilaku berpura-pura selalu positif dan bahagia, bahkan ketika sedang merasakan emosi negatif dan berada dalam situasi yang sulit.

Berpikir positif bukan berarti mengabaikan kenyataan, tapi memilih untuk melihat harapan di tengah tantangan. Mulai dari langkah kecil hari ini, dan biarkan pikiran positif membentuk hidup yang lebih baik. Lakukan latihan rutin secara bertahap agar keterampilan berfikir positif ini menetap. Latihan itu bisa terealisasikan dengan cara-cara sederhana, seperti mengawali hari dengan afirmasi positif selama 2 menit, menuliskan 3-5 hal yang patut disyukuri setiap menjelang tidur malam, membatasi diri dari pertemanan, tontonan dan bacaan yang negatif, lakukan olahraga rutin, istirahat cukup serta mengkonsumsi makanan yang sehat.

Apakah pikiran manusia itu adalah kekuatan atau justru kelemahan? Jawabannya tergantung. Seberapa mampu kita membawa pikiran pada kondisi tertentu yang kita impikan, sangat bergantung pada seberapa mampu kita mengendalikan pikiran itu. Pikiran yang tidak dikendalikan dengan baik, akan menjadi belati yang mematikan. Ia bisa memperbesar ketakutan, menciptakan kekhawatiran, dan menutup jalan menuju kebahagiaan. Tapi ketika kita belajar mengendalikannya, pikiran justru menjadi alat paling kuat untuk menciptakan kedamaian, harapan, dan keberhasilan. Pikiran adalah awal dari segalanya. Saat kita mengubah cara berpikir, kita sedang mengubah hidup. Dan selama tidak ada musuh di dalam diri kita (pikiran), maka tidak ada musuh di luar diri yang perlu dikhawatirkan..

Salam sehat mental.