Pendidikan di Pesantren memiliki karakteristik khas, yang menekankan nilai-nilai agama dan tradisi, namun di era modern ini, santri Gen-Z juga menghadapi tantangan menyesuaikan diri dengan pengembangan zaman yang begitu cepat. Meskipun generasi ini tumbuh dalam dunia yang sangat bergantung pada teknologi, pendidikan Pesantren tetap mengedepankan pembelajaran berbasis tradisi. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan program literasi kreatif yang tetap relevan dengan karakteristik dan kebutuhan santri Gen-Z, namun tanpa bergantung pada teknologi digital.
Pendidikan literasi yang efektif dalam konteks ini harus mampu menggabungkan elemen-elemen tradisional pesantren dengan pendekatan-pendekatan interaktif yang dapat mengaktifkan peran santri dalam proses pembelajaran. Literasi kreatif yang dimaksud bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan untuk berpikir kritis, mengomunikasikan ide secara efektif dan berkolaborasi dalam berbagai proyek.
Dalam upaya meningkatkan literasi Gen-Z , pendekatan kreatif menjadi kunci untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Gen-Z yang tumbuh di era informasi, membutuhkan metode pembelajaran yang relevan dengan cara berfikir mereka yang kritis, kreatif, dan cenderung praktis. Pendekatab kreatif ini mencakup berbagai strategi yang mampu menarik perhatian, memotivasi, serta melibatkan mereka secara aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, santri tidak hanya memahami materi literasi secara tekstual, tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun istilah “aplikasi pembelajaran interaktif” sering kali diasosiasikan dengan teknologi digital seperti aplikasi pada perangkat elektronik, konsep ini sebenarnya memiliki makna yang lebih luas. “aplikasi” bukan sekedar system yang terkait dengan teknologi, namun dapat dimaknai secara penerapan metode, strategi atau alat pembelajaran yang dirancang untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan melibatkan peserta didik secara aktif. Dengan kata lain, pembelajaran interaktif tidak harus bergantung pada teknologi digital. Sebaliknya, aplikasi tersebut dapat berupa pendekatan kreatif seperti permainan berbasis fisik, kegiatan kolaboratif atau penggunaan alat peraga sederhana yang mampu memfasilitasi interaksi langsung antara santri dan materi pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa santri tetap terlibat secara mendalam dalam proses pembelajaran, tanpa memerlukan gadget sebagai bantuan perangkat digital.
Dari program literasi kreatif yang dapat diadaptasi dengan berbagai alat dan metode pembelajaran fisik yang menarik dan melibatkan santri tanpa mengandalkan perangkat digital, santri dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Dengan menggunakan buku fisik, majalah dan alat tulis, santri dapat berlatih membaca dengan lebih aktif. Kegiatan menulis seperti membuat cerita pendek atau puisi, juga dapat memantu mereka dengan percaya diri, sekaligus melatih kemampuan mendengarkan dan menghargai pandangan orang lain.
Program ini juga membangun kerjasama dan keterampilan social, karena kegiatan kelomo, seperti peran dan proyek kolaboratif, mendorong santri untk bekerja sama dan berinteraksi satu sama lain. Ini membantu mereka membangun hubungan social yang positif dan keterampilan kerja tim. Kegiatan eksplorasi alam dan pembelajaran di luar ruangan dapat membangkitkan rasa ingin tahu santri , sehigga mereka dapat belajar tetang lingkugan sekitar sambil membaca dan berdiskusi, menjadikan proses belajar menjadi menarik.
Dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dan interaktif, santri akan lebih termotivasi untuk membaca. Kebiasan ini dapat terbawa hingga dewasa dan menjadikan mereka pembaca yang aktif dan kritis. Kegiatan pembuatan buku mini atau proyek kreatif lainnya juga membantu santri belajar untuk merencanakan dan melaksanakan ide mereka sendiri serta mengembangkan rasa tanggug jawab dan kemandirian.
Melalui diskusi dan analisis terhadap bacaan, santri didorong untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi. Mereka belajar untuk mempertanyakan dan mengevalusi berbagai perspektif, yang merupakan keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, program literasi kreatif tidak hanya berfokus pada penguasaan keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga pada pengembangan karakterdan keterampilan sosial santri, membantu mereka menjadi individu yang lebih holistik dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Menagapa program literasi kreatif diperlukan? Gen-Z yang lahir dan tumbuh di era kemajuan informasi dan globalisasi, dikenal sebagai generasi yang dinamis, kritis, dan memiliki minat yang beragam. Karakteristik mereka sering ditandai dengan keampuan multitasking, rasa ingin tahu yang tinggi, dan memiliki kecenderungan untuk mencari pengalaman yang relevan serta bermakna. Namun, mereka juga menghadapi tantangan seperti kurangnya fokus dalam membaca teks panjang dan paparan informasi yang begitu masif sehingga sering kali mempengaruhi kemampuan mereka untuk memilah informasi secara kritis.
Oleh karena itu, Gen-Z memerlukan pendekatan pembelajaran yang tidak hanya menarik secara visual atau konseptual tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan perkembangan kognitif dan emosional mereka. Pendekatan ini harus memberikan ruang bagi mereka untuk mengeksplorasi ide, mengekspresikan diri, dan berkolaborasi dengan orang lain. Metode pembelajaran yang interaktif sangat penting untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
Program literasi kreatif dirancang untuk menjawab kebutuhan perkembangan kognitif dan emosional mereka yang bertujuan mengembangkan kemampuan dasar literasi, seperti membaca, menulis, memahami, dan berkomunikasi, melalui cara-cara yang relevan dengan gaya belajar mereka. Program ini tidak hanya fokus pada kemampuan teknis membaca dan menulis, tetapi juga mengajarkan mereka cara memahami konteks, mengevaluasi informasi, dan menyampaikan gagasan dengan percaya diri.
Gen-Z cenderung memiliki minat yang sangat beragam, mulai dari seni, olahraga, musik, hingga isu-isu sosial. Maka dari itu untuk membuat program literasi lebih relevan dan menarik, penting untuk menghubungkannya dengan minat mereka. Misalnya, bagi santri yang tertarik dengan seni visual, mereka dapat membuat komik atau ilustrasi untuk mendukung cerita yang mereka tulis. Bagi santri yang tertarik pada isu sosial, mereka bisa diajak menulis artikel atau esai tentang topik-topik seperti lingkungan, keadilan sosial, atau pendidikan. Ini akan membuat mereka lebih tertarik dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Meskipun teknologi memiliki peran besar dalam dunia pendidikan, pendekatan tanpa digital memiliki keunggulan tersendiri. Pendekatan ini dapat meningkatkan interaksi sosial di antara santri, mengurangi ketergantungan pada perangkat teknologi terutama Gen-Z yang sudah sangat terbiasa dengan penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari, serta memungkinkan mereka untuk lebih fokus pada proses berpikir dan belajar secara langsung. Selain itu, dengan menggunakan metode yang lebih tradisional dan fisik, santri dapat belajar dengan cara yang lebih mendalam dan bermakna.