
Ngalap berkah guru seringkali dilakukan dengan cara mencium tangan dan meminum sisa kopinya. Dalam tradisi tasawuf, tindakan ini bukan sekadar simbol penghormatan, tetapi juga cara untuk menyerap nilai spiritual dan keberkahan dari seorang guru. Tasawuf mengajarkan bahwa guru adalah perantara yang memancarkan cahaya ilahi kepada muridnya, dan tindakan penghormatan ini dianggap sebagai bentuk kerendahan hati serta kesiapan untuk menerima hikmah. Dalam perspektif filsafat, tindakan ini dapat dipahami sebagai representasi simbolis dari hubungan eksistensial antara guru dan murid. Guru tidak hanya menjadi penyampai ilmu, tetapi juga pembimbing spiritual yang menghubungkan murid dengan dimensi yang lebih tinggi. Dengan demikian, ngalap berkah adalah wujud pengakuan terhadap otoritas dan keutamaan seorang guru sebagai penjaga tradisi dan transmisi ilmu, baik secara intelektual maupun spiritual.
Konsep barokah guru memiliki relevansi yang mendalam dengan dua jenis pengetahuan yang ditransformasi guru kepada murid, yaitu intellectual knowledge (pengetahuan intelektual) dan transmitted knowledge (pengetahuan yang ditransmisikan). Intellectual knowledge adalah hasil pemikiran kritis dan analisis rasional yang terkait dengan daya-daya intelektual, Inspirasi dalam berpikir rasional, kritis dan analitis sehingga guru dipandu Allah secara pritual . Guru yang penuh barokah bukan hanya mengajarkan fakta-fakta empiris, tetapi juga memotivasi murid untuk menggunakan daya akalnya secara kritis, logis tetapi tetap bijaksana.
Keberkahan guru membuat pengetahuan intelektual menjadi lebih bermakna dan aplikatif dalam kehidupan. Oleh sebab itu murid yang diberkahi gurunya selalu menemukan jalan keluar dari permasalahan-permasalahan kehidupan sekalipun permasalahan tersebut cukup kompleks karena terbukanya slubung intletual yang menghambat cahaya pengetahuan karena faktor-faktor tertentu seperti maksiat dan dosa.
Sementara itu transmitted knowledge adalah pengetahuan yang diturunkan dari generasi ke generasi melalui sanad atau tradisi pembelajaran. Dalam spritualitas Islam transmitted knowledge mencakup ilmu-ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqih, dan tasawuf. Dalam konteks ini guru yang penuh barokah merupakan bagian dari mata rantai sanad ilmu yang terjaga. Barokah ini memberikan otoritas dan keberkahan pada ilmu yang ditransmisikan. Dasar utama keberkhan guru pada muridnya terletak dalam, ketulusan, kesucian dan keikhlasan hati guru. Ilmu yang diterima dari guru yang memiliki kriteria tersebut memiliki wadah transmisi yang baik. Barokah dengan demikian cenderung lebih mudah diperoleh karena muncul dari kedalaman spiritualitas guru sebagai transmitter yang baik. Termasuk juga guru dengan kriteria tulus suci ikhlas mampu mentransfer adab, etika, dan spiritualitas, yang merupakan aspek penting dari transmitted knowledge yang ada pada murid sejak dilahirkan sebagai manusia.
Guru yang memiliki barokah mengajarkan bagaimana keduanya saling melengkapi, sehingga ilmu pengetahuan tidak terpisah dari nilai-nilai etika dan spiritual. Menjaga kesinambungan ilmu baik intellectual maupun transmitted knowledge membutuhkan fondasi keberkahan guru untuk memastikan bahwa ilmu tersebut terus berkembang tanpa kehilangan akar spiritualnya sekaligus guru menjadi wadah utama intlektualitas yang menjadi perangkat utama dalam otak yang berfungsi menyimpan menyerap ilmu pengetahuan dari Allah. Maka guru dengan barokah yang dimiliki mengarahkan murid untuk menjadi individu yang seimbang antara kemampuan intelektual (rasional) dan moralitas (spiritual). Dengan demikian, keberkahan guru berperan sebagai katalis yang tidak hanya meningkatkan kualitas ilmu, tetapi juga memastikan bahwa ilmu tersebut memberikan manfaat yang berkelanjutan untuk hidup murid dan keberlangsungan sanad keilmuan yang guru miliki.