Tema yang diangkat pada acara Apel Tahunan kali ini, “Meneguhkan Ponpes Al-Amien Prenduan Sebagai Pesantren Kelas Dunia, Menjaga Keluruhan Budaya Bangsa,” sangat menarik dan relevan untuk mempersiapkan generasi bangsa di masa depan. Beragam penampilan yang dimainkan oleh para santri, sungguh mengingatkan saya saat nyantri. Terkenang, saat menjadi santri Syu’bah TMI, nampil dalam penampilan hadrah Al-Amien, tahun selanjutnya tampil sebagai penampilan pramuka (Mahapati, resus terbaik kala itu), pernah juga tampil dalam grup teater Al-Amien, pernah ikut dilindis sepeda motor saat tampil Karate, dan juga pernah tidak ikut panas-panasan berbaris saat ikut dalam grup Bulan Sabit Remaja (BSR) Al-Amien. Sungguh, suatu kebanggaan tersendiri bagi santri Al-Amien Prenduan saat bisa tampil pada acara Apel Tahunan.
Penampilan santri pada Apel Tahunan saat ini sangat baik, salah satunya saat menyaksikan lagu kolaborasi yang dinyanyikan oleh mereka, lagu Teteh Doel Sumbang, Koyo Jogja, Ikan Nae di Pante dan Nyong Timur. Perpaduan lagu berbagai suku yang ada di Indonesia, dan wujud dari pelestarian budaya bangsa. Sebagaimana kita ketahui, bahwa bangsa yang besar hadir di tengah eksistensi budaya yang dimilikinya dan selalu dijaga serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Saya jadi teringat saat tahun 2019, pada acara Persiapan Keberangkatan LPDP. Acara Persiapan Keberangkatan, atau biasa disingkat PK, adalah agenda wajib untuk penerima beasiswa LPDP. Kala itu, PK yang saya ikuti di Jakarta, bersama penerima beasiswa LPDP yang akan berangkat kuliah di universitas terbaik dunia seperti Harvard, MIT, Oxford, Cambridge dan kampus terbaik lainnya. Tapi yang terkenang saat acara PK kala itu, saya juga mendapatkan materi tentang pentingnya memperkenalkan budaya bangsa Indonesia untuk dunia. Para pemateri benar-benar menekankan akan kecintaan pada bangsa Indonesia, salah satunya diwujudkan dengan tetap melestarikan budaya bangsa. Bagi mahasiswa yang akan kuliah ke luar negeri, yang nantinya menjadi diaspora, maka disarankan bisa tampil di pentas dunia dengan mengenalkan budaya nusantara, bisa berupa kuliner, tari dan baju adat serta sebagainya. PK pada saat itu, kami menampilkan tari samman Aceh, pada acara penutupan yang dihadiri oleh Menteri Keuangan RI.
Direktur LPDP saat membuka acara, saya diberikan kesempatan untuk menampilkan budaya Madura. Saat Prof. Mohammad Nuh (mantan Menteri Pendidikan RI), menjadi narasumber dan memberikan pertanyaan kepada seluruh peserta untuk membaca teks berbahasa Arab di materi slide yang ditampilkan. Saya memberanikan diri, untuk membaca teks tersebut. Alhamdulillah, saya bisa membacanya dengan benar, dan dengan bangga saya memperkenalkan diri sebagai alumni Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan. Spontan, Prof. Nuh, menyebut nama almarhum Kiai Tidjani Djauhari, sahabat karibnya.
Apa yang saya dapatkan di pesantren, baik saat diasah, diasih dan diasuh di pondok pesantren Al-Amien Prenduan, saya tidak hanya diajarkan untuk bisa membaca teks berbahasa Arab, namun jiwa cinta tanah air saya senantiasa dipupuk dengan tetap melestarikan budaya bangsa, sebagaimana harapan pemerintah Indonesia, dan itu saya dapatkan saat acara Apel Tahunan.