
Saya menulis ini dengan kesadaran penuh bahwa saya peduli dan ikhlas untuk menjadi bagian dari perjuangan ini. Banyak hal yang berbeda, banyak hal yang berubah, bahkan berbagai hal yang terkesan dipaksakan. Sebelumnya, saya pernah mendapati salah satu poin menarik saat sedang melaksanakan rapat bersama kiai Abdullah muhammady, kala itu beliau masih menjabat sebagai ketua MPO (majelis pertimbangan organtri), poin menarik itu ialah kalimat “Kaderisasi By Design”.
Beliau menjelaskan bahwasanya kaderisasi itu harus kita design sedemikian rupa agar orang-orang yang menjadi kader nantinya akan sesuai dengan apa yang kita harapkan, kita tidak bisa comot sana comot sini, ganti ini ganti itu tanpa tau latar belakang orang yang menjadi penerus kita, kader adalah orang yang punya visi, misi, ruh dan tujuan yang sama dengan pondok . Beliau juga menambahkan “Kaderisasi By Design itu membeli masa depan dengan harga hari ini, coba anta baca tulisan KH. Anang Rikza Masyhadi. Pengasuh Pondok Modern Tazakka”. Ucap beliau.
Setelah mendengar penjelasan tersebut saya mulai berpikir, bagaimana caranya? langkah mana yang menjadi landasan? dan apa yang harus dilakukan?
Selang beberapa tahun sampai sebelum saya menulis ini saya kemudian menemukan perkataan yang sama yang disampaikan oleh WAKA PUSDIKLATNAS pada saat mengikuti sesi pelatihan KPD, yang menjadi menarik adalah kalimat “Kaderisasi By Design” akhirnya lengkap dan menjadi kalimat utuh yang tidak hanya membuat saya bisa berpikir langkah apa saja tapi juga setidaknya bisa melihat apa yang akan terjadi kepada sebuah lembaga (pesantren khususnya) jika hal ini tidak diprogramkan dan dilaksanakan, kalimat utuh itu ialah “Kaderisasi By Design Not By Accident”.
Dari sini mari kita pahami dan benahi seperti yang saya katakan di awal, dari hal-hal yang berubah, dari hal-hal yang berbeda hingga hal-hal yang terkesan dipaksakan, tentu semua ini terjadi karena adanya kecacatan dalam kaderisasi, entah karena perbedaan niat dalam menjalankan tugasnya hingga perbedaan tujuan yang akhirnya memberikan dampak yang tidak sesuai yang di cita-citakan.
Dari penjelasan yang saya baca di tulisan KH. Anang Rikza Masyhadi, Pengasuh Pondok Modern Tazakka ”, beliau menjelaskan bahwa kader bisa dibagi menjadi dua, yakni kader Bani dan Kader Bina. Kader Bani ialah kader dzurriyah / pendiri pondok, sedangkan kader Bina yang bukan dari keluarga pendiri pondok artinya bisa siapa saja asal sesuai dengan kriteria kader yang ada. Dan sebagai kader perlu yang namanya komitmen, totalitas, dan kompetensi yang sesuai dengan visi, misi , nilai-nilai dan juga ruh perjuangan yang kemudian siap membersamai dan istiqomah di pesantren.
Perubahan, perbedaan dan juga keterpaksaan dalam sebuah lembaga tidak bisa hanya kita simpulkan bahwa ini adalah produk dari program yang tidak relevan tapi bisa kita lihat juga dari orang-orang yang terlibat dalam menjalankannya, karena yang saya pahami segala program yang lahir dari para pendiri tidak akan keluar dari prinsip-prinsip dasar. Bisa dikarenakan kualitas pemahaman yang tidak selaras atau kompetensi diri yang belum terlatih sehingga kurang mampu dalam mengembangkan suatu program yang sudah ada menjadi lebih relevan.
Bahkan yang lebih buruk lagi ialah karena adanya perbedaan tujuan dalam membangun suatu lembaga, sehingga tanpa kita sadari akan lahir kebijakan dan program yang nampak dipaksakan akibat adanya kepentingan individu, yang tujuannya bukan untuk kemaslahatan lembaga.
Itulah mengapa kaderisasi menjadi perlu dibina dari dasar dengan panca jiwa dan tujuan yang sama agar tidak menjadi sebuah Accident (kecelakaan) atau di keadaan lain jangan sampai kita meletakan orang-orang yang tidak kompeten, loyalitas, totalitas dan berkomitmen untuk menjadi penerus selanjutnya hanya karena sebuah accident.
Karena bagi saya program pendidikan yang sudah dilahirkan para pendiri adalah untuk meningkatkan kualitas individu para santri kita agar menjadi mundzirul qoum bukan menjadi orang-orang yang berani menjual intelektualitas untuk tujuan yang tidak jelas.
Maka dari itu, saya dan kita semua perlu mengetahui bahwa kaderisasi adalah bagian dari panca jangka yang kemudian harus kita tegakkan dan laksanakan agar menjadi kendaraan yang baik untuk mencapai tujuan serta menjadi kendaraan yang bisa membersamai dalam penanaman panca jiwa. Lil Izzil Islam wal Muslimin.