Tulisan ini bermula ketika pengalaman saya dalam menjalani program SPL (Studi Pengayaan Lapangan) di kampus UNIA. Program tersebut mengharuskan mahasiswi UNIA untuk bersilaturrahmi kepada tokoh-tokoh berpengaruh di Indonesia, terlebih para mufasir, karena sesuai jurusan kami yaitu Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Salah satu tokoh yang berepengaruh yang ada dalam daftar kunjungan kami yaitu mufasir yang ada di Indonesia, tepatnya berada di kota Jombang yaitu K.H. Afifuddin Dimiyathi, Lc. M.A. beliau adalah pengarang kitab tafsir Hidayatul Qur’an.

Pada kesempatan itu, beliau membagikan berbagai macam ilmu kepada kita semua. Salah satu yang paling membekas dalam ingatan saya adalah ketika beliau menjelaskan bahwa ada tiga penyebab kemalasan. Saya merasa ketiga penyebab tersebut telah berhasil diatasi di pondok kita melalui aturan-aturan yang sudah terbangun dengan baik, di antaranya:

Pertama, seseorang yang tidak terbiasa untuk bangun subuh

Pada poin pertama ini saya kira kita tidak perlu mengkhawatirkan mengenai hal tersebut, sebab pondok kita bukan hanya mewajibkan kita untuk sholat subuh berjam’ah bahkan lebih dari itu kita di wajibkan untuk bangun tahajjud sekitar pukul 03.00 wib,

Kedua, terbiasa begadang membuat siklus tidur terktukar

Sama seperti pada poin pertama, saya rasa kita tidak perlu khawatir, karena di poin ini pun pondok kami telah membatasi waktu tidur malam. Semua kegiatan pondok selesai pada pukul 09.00 WIB, dan hanya santri Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffazh (JQH) yang masih beraktivitas hingga pukul 10.00 WIB untuk memuroja’ah hafalan.

Peraturan tidur tepat waktu ini membentuk kebiasaan kami untuk tidak begadang, sehingga siklus tidur dan kehidupan kami tetap normal serta mampu menjaga kesehatan. Sementara itu, penyebab kemalasan justru muncul dari pola tidur yang tidak teratur, seperti kelelawar—terjaga di malam hari dan tertidur di siang hari, padahal waktu siang seharusnya digunakan untuk beraktivitas.

Ketiga, makanan yang tidak sehat

Makanan yang tidak sehat membuat kita terlena dalam beraktifitas, seperti makanan yang mengandung minyak berlebih, contohnya ada gorengan. Lalu makanan yang mengandung banyak tepung, seperti pentol, cimol, pentol tahu, dan lain sebagainya.         

Karena itu kita menjaga tiga poin di atas agar terhindar dari sifat malas, karena kita sudah menghindari penyebab-penyebabnya, lalu bagaimana jika kita sudah menghindari penyebabnya, akan tetapi rasa malas kita tetap menggunung. Cara lain yaitu dukungan dari lingkungan sekitar yang terus memotivasi kita dan kita juga harus bisa meredam hawa nafsu kita dalam kemalasan.