Sepanjang ingatan saya, tahun 1995 saat saya mendaftar menjadi santriwati baru di TMI, materi seleksi penerimaan santri sudah meliput tes potensi akademik, tes ibadah amaliyah dan juga psikotes. Dan itu tidak jauh berbeda dengan materi yang diujikan saat ini, tentunya dengan tambahan materi mengaji Al-Quran sebagai prasyarat utama kelulusan ke kelas 1 Reguler atau 1 Intensif.
Melempar maju menuju ingatan lebih awal, pada tahun 2010, saat saya kembali untuk mengabdikan diri (lagi) ke TMI, materi seleksi penerimaan santri baru masih menggunakan bentuk yang sama. Psikotes misalnya. Pertanyaan yang diberikan meliputi dasar motivasi masuk pondok, siapa yang mendukung dan menentang masuk pondok, harapan yang ingin dicapai di pondok, serta kenakalan-kenakalan yang pernah dilakukan sebelum masuk pondok.
Susunan pertanyaan dalam psikotes tersebut, dibuat oleh alm. KH. M. Idris Jauhari dengan sangat lugas, jelas dan rinci. Jika dilakukan dengan metode yang benar dan diajukan oleh penguji yang kompeten, saya yakin hasilnya akan dapat mendeteksi dan memprediksi kemungkinan munculnya masalah-masalah sosio-psikologis pada santri.
Namun dalam pelaksaannya, psikotes dinilai hanya menjadi formalitas dan berhenti di tahapan selektif saja. Sangat disayangkan jika informasi yang berhasil dikumpulkan dari setiap santriwati baru itu, hanya berakhir menjadi tumpukan data yang tidak diolah dan tidak ditindaklanjuti. Padahal, semua informasi mentah itu bisa menjadi sinyal atau alarm bagi semua pihak dalam proses pembimbingan dan pengasuhan.
Karena pertimbangan tersebut, maka sejak tahun ini, Lembaga Psikologi Terapan Al-Amien (eL-PsikA) berupaya mengembangkan versi baru psikotes pada santriwati baru, yaitu dengan menambahkan aspek pengukuran baru berupa tes bakat minat dan tes deteksi gangguan emosi dan perilaku. Bentuk psikotes versi lama tetap dilakukan, tetapi dibebankan sepenuhnya kepada para wali kelas, dengan harapan agar setiap informasi yang didapat, dapat segera diatasi dan ditindaklanjuti. Para wali kelas sudah dibekali dengan pelatihan dan workshop terkait keterampilan wawancara, pendampingan dan konseling psikologis pada santriwati.
Psikotes versi baru ini nantinya akan dilaporkan secara individual maupun kolektif. Masing-masing santriwati akan menerima laporan hasil tes bakat minat yang disertai saran pemilihan kegiatan Kompetensi Pilihan (Kompil) yang bisa diikuti berdasarkan kecendrungan bakat dan minatnya. Sedangkan laporan kolektif akan diberikan kepada para wali kelas dan mudir marhalah, terkait strenght (kekuatan) dan difficulties (kesulitan) yang memuat prediksi kecenderungan abnormalitas emosi dan perilaku santri baru. Nantinya, hasil dari psikotes tersebut, akan diperkuat dengan observasi yang dapat digunakan oleh wali kelas atau mulahidlah kamar sebagai data tambahan untuk memahami kondisi anak secara utuh menyeluruh. Semoga Allah ridhai langkah kita, sehingga dimampukan untuk terus mendidik dan memperbaiki kualitas santri-santri kita. Aamiin.
Setuju akan pendapat Bu Nyai…