YAP- Para santri Al-Amien Prenduan memiliki rutinitas tahunan setiap selesainya hari raya Idul Adha, yaitu melaksanakan pesta kebun yang disebut dengan Ma’Dubah Sanawiyah.
Ma’dubah Sanawiyah jika diartikan secara bahasa memiliki makna “Hidangan Pesta Tahunan”, yang dalam hal ini seluruh santri menikmati daging kurban secara bersama-sama dengan seluruh asatidz di ruang terbuka, yaitu di depan masjid jami’ Al-Amien Prenduan.
Dalam pelaksanaan Ma’dubah Sanawiyah tahun 2017 ini dibarengkan dengan acara penutupan Gebyar Idul Adha (GIA) oleh wakil pimpinan pondok pesantren Al-Amien Prenduan, KH. Ghozi Mubarok.
Dalam taushiyahnya beliau menyampaikan makna dari takbir yang dikumandangkan oleh seluruh umat Islam secara umum pada hari raya Idul Adha dan santri Al-Amien secara khusus, bahwasanya takbir itu merupakan pengakuan diri kita akan kebesaran Allah SWT.
“Takbir ini merupakan pengakuan kepada Allah SWT. Bahwasanya Allah itu lebih besar dibandingkan dengan alam semesta ini, lebih besar daripada kekuatan apapun yang ada di alam semesta ini, lebih besar dibandingkan apapun di dunia ini”, kata KH. Ghozi Mubarok.
Dengan demikian maka beliau mengajak seluruh santri Al-Amien untuk tidak berbuat sombong dan membesarkan diri.
“Oleh karena itu tidak layak kita bertakbir tapi sambil pada saat yang sama mengagungkan diri sendiri. Sebab kesombongan dan kebesaran hanya milik Allah swt”, lanjut beliau.
Berkaitan dengan pelaksanaan Ma’dubah Sanawiyah ini beliau menegaskan bahwa prinsip yang digunakan dalam pelaksanaannya menggunakan “Al-barakatu Ma’al Jama’ah”.
“Ma’dubah Sanawiyah merupakan pesta yang dilaksanaan di ruang terbuka, kita bersama-sama menyantap hidangan itu dengan prinsip Al-Barakatu Ma’al Jamaah,… Makan bersama, kiai-kiainya makan bersama, ustadz-ustadz makan bersama, santri-santrinya semua makan bersama di tempat yang barokah ini”. Demikian kata KH. Ghozi Mubarok.